10 Hari Kedua Ramadhan: Memberi Kesempatan Bersabar

Bulan Ramadhan tahun lalu, kami (Saya, suami, dan Azka) hanya menjalani puasa ramadhan bersama-sama di beberapa hari terakhir ramadhan. Tahun ini Alhamdulilah sekali, 17 hari ramadhan pertama kami lewati bersama-sama, tapi dengan menukar kebersamaan di Hari Raya Idul Fitri nanti, tak apalah, Allah sudah memberikan yang terindah dan hikmah yang baik di 17 hari ramadhan kami.

Azkafaiz, anak laki-laki yang baru berusia 3 tahun ini, punya sifat yang teguh pendirian, dan memori ingatannya tajam. teguh pendiriannya ini maksutnya Azka kalo udah maunya pasti dia capai gimanapun caranya, karena masih labil cenderung tidak sabaran. sedikit pemarah, jika sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, akan mulai merengek dan menangis tidak sabar. Apalagi jika ada saya dirumah, “manja” nya minta ampun. Sehingga dirumah terlebih awal-awal ramadhan, Azka “kurang bersahabat”, mau mandi, marah dan nangis, selesai mandi, marah dan nangis, mau main dan saat main, tidak sabar dan marah. Astaghfirullah… kenapa dengan Azka? sungguh menjadi ujian di awal Ramadhan. Perilaku Azka yang seperti ini juga membuat Papanya tidak sabar, teriakan untuk menghentikan marah dan nangisnya meluncur begitu saja, karena seharusnya Azka sudah bisa berkomunikasi dengan baik di usianya yang sekarang, tidak boleh lagi ada permintaan dengan nangis dan marah. Sedangkan saya, saya berusaha tidak banyak bicara, tidak banyak mengeluarkan kata-kata yang tidak penting, demi menjaga puasa dan perasaan kami semua.

Astaghfirullahaladzim… sepertinya ada yang salah. Apa yang salah? waktu bermustajab dan bercengkrama dengan Allah saya gunakan dengan sebaik-baiknya. Ada yang salah dengan saya, dengan cara saya berkomunikasi dengan Azka dan Suami. ada yang perlu diperbaiki cara kami mengingatkan dan berbicara. Hanya meminta untuk diberi stok sabar tanpa batas, dan kelembutan dalam bertutur kata. Saya menghela nafas, berfikir dengan tenang. Mencoba menyelami setiap kejadian yang sudah terlewat dan terekam. Mencoba menggali lagi ilmu-ilmu parenting yang pernah saya baca. Mencoba berdamai dengan diri sendiri, sabar dengan diri sendiri. Bismillah… I can do it and we can do it…

Tiap Azka marah, nangis dan teriak-teriak, masalahnya karena nggak mau ikut sholat, nggak mau mandi, nggak mau selesai mandi, nggak mau berhenti main, intinya dia nggak tau waktu. saya biarkan sampai tenang. Saya minta kepada suami untuk bersabar. Saya bawa ke kamar dan Saya peluk lalu saya mulai bicara. “Azka tau, kenapa Azka seperti ini tadi? Azka sudah berhasil dibisiki syetan untuk marah dan teriak-teriak dan lupa waktu. Sekarang syetan-syetan itu senang dan tertawa puas berhasil mengganggu puasa mama papa dan Azka. Mama nggak mau puasa mama batal, mama nggak mau Allah menunda rezeki buat kita…” sambil  menatap matanya saya melanjutkan pembicaraan, “Azka jadi anak yang sabar, jadi anak baik. Anak sabar n baik akan selalu disayang Allah, diberi rezeki sama Allah…”. Azka bilang, “Azka mau dapat mainan yang bagus ma, Azka mau Finn Mcmissile yang bannya ropas-ropas (lepas-lepas) di laut…”. “Pasti Azka bisa dapat itu, lebih dari itu. Lebih dari semua mainan yang Azka mau… Syaratnya mudah. Azka berusaha sabar, jadi anak yang sabar dan baik. Selalu berdoa dan bersyukur sama Allah…”. “Heeh.. iya ma…”. “kalo mau apa-apa bicara yang baik ya sayang, tanpa merengek, tanpa marah dan tanpa nangis. Azka harus kalahin syetan nya, kalo mau marah istighfar yaa… bisa kan?”. lalu sama-sama kita mengatakan astaghfirullah beberapa kali.

Setiap adzan yang terdengar di mushola samping rumah, dengan berkata lembut dang melihat matanya, saya ajak dia wudhu dan sholat, dan Azka langsung mengiyakan. Bertiga kami berjalan menuju mushola. Awalnya masih agak sulit, banyak alasan, hehehe… tapi saya selalu mengingatkan Azka kalo Azka jadi anak baik yang bersyukur sama Allah, Allah akan selalu memberi rejeki yang tidak disangka2 Azka. Lama kelamaan, setiap mendengar adzan Azka selalu menghentikan kegiatannya, mengajak kami berwudhu lalu sama-sama ke mushola. Azka berkata, “ma… sudah adzan, sudah dipanggil Allah sholat… nanti Azka sholat di tempat cowok sama Papa yaa… “. Alhamdulilah suami juga selalu menyemangati Azka untuk taat beribadah dan berdoa dari semenjak kecil, karena anak baik dan sabar itu disayang Allah. Suami juga menunjukkan kesabaran sekaligus ketegasannya, bagaimana menjadi seorang anak laki-laki yang tangguh dan penyabar.

Azka selalu ikut sholat bahkan tarawih juga ikut. Tak mengapa kalau selama sholat dia duduk, lalu sedikit memegang kaki papanya, memeluk papanya dari belakang, sesekali dia ikut teman-teman sebaya nya lari-lari di sekitar halaman mushola, sampai dia nangis karena berantem dengan temannya. Kami berusaha menguatkan Azka, bukan dengan menangis untuk meyelesaikan masalah, Azka bisa menyelesaikan dengan cara yang lebih baik, dan saya mengingatkan, coba tadi Azka ikut sholat sama papa, Azka nggak akan berantem dan nggak akan nangis kayagini. Semenjak itu Azka jarang bgt ikutan temannya lari-lari, Papanya juga berusaha mencari shaf sholat dimana Azka tidak bisa melihat temannya main dan dia tidak berusaha untuk keluar. Papanya memberi kesempatan kepada Azka untuk duduk manis jika Azka capek, bersabar sampai tarawih selesai.

Ramadhan kali ini kami belum mengajarkan Azka berpuasa, kami hanya memberi pemahaman apa dan bagaimana bulan Ramadhan itu, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan suci dimana semua orang islam berpuasa, sholat tarawih dan jika beribadah di bulan ini, sholat, berdoa, bersedekah itu rezekinya berlipat-lipat lebih banyak. Azka bertanya, “Puasa itu apa ma?tak boleh makan tak? sholat taraweh itu apa ma?” logat niru upin-ipin… :D. Saya membuat beberapa kegiatan bersama Azka, menjelaskan beberapa ibadah bulan ramadhan dengan bantuan craft sederhana, buku, Al Quran dan beberapa printable, seperti membuat Fasting cycle, Sodaqoh Jar, Mengenal 5 Pillars of Islam, belajar doa masuk masjid dan keutamaan sholat berjamaah di masjid, serta menceritakan kisah-kisah dalam Al Quran dan beberapa kegiatan lain termasuk mengajarkan Azka bersedekah, seperti membuat makanan untuk takjil di mushola dan mengantarnya ke mushola dan bersodaqoh pada tukang sampah perumahan. Agar mengena di hati Azka bagaimana bulan Ramadhan itu, betapa indahnya bulan ramadhan ini.

Jadi Ramadhan 1436 H ini begitu istimewa bagi kami. Terutama di 10 hari kedua. Bersama-sama kami saling memberi kesempatan untuk bersabar dan berdamai dengan diri sendiri dan anggota keluarga, terutama untuk mengajari Azka mengkomunikasikan keinginannya dan lebih melunakkan hatinya, sehingga dia mampu menjadi lelaki kecil yang penyabar. Semakin hari sudah tak terdengar lagi rengekan dan tangisan Azka. Saya pun lebih mampu menyediakan stok sabar, senyum dan kata-kata lembut yang tulus buat Azka. Suami lebih bisa mengayomi dan menenangkan. Karena Allah akan selalu memberikan kasih sayang dan hikmah kepada hambanya yang selalu berusaha bersabar.

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran:153).

Leave a comment